Dunia desain adalah salah satu bidang yang cukup menjanjikan saat ini. Hal ini terlihat dari bermunculannya berbagai usaha yang bergerak di bidang ini seperti usaha percetakan digital ataupun offset, percetakan kaos, desain logo, desain web, desain interior, desain produk, dan lain sebagainya.
Kemudahan untuk menyajikan jasa tersebut juga memicu banyak orang untuk usaha sendirian seperti freelance/kerja lepas. Beruntung pendidikan kejuruan di negara kita saat ini sudah mengalami perkembangan. Banyak SMK telah mulai bermunculan sehingga lulusan-lulusannya pun juga dapat menghasilkan uang dari keahlian yang mereka miliki.
Arfi’an, adalah salah satu anak muda yang mengenyam pendidikan menengah kejuruan di Salatiga. Meskipun tidak sempat mencicipi bangku kuliah, namun bukan berarti hal itu mematahkan semangatnya untuk berusaha memperbaiki hidupnya.
Berawal dari kehidupan yang sangat sederhana dan modal pendidikan terakhir SMK, dia bersama adiknya mampu menunjukkan bahwa lulusan SMK pun juga mampu menjadi sukses. Bahkan belum lama ini, desain “jet engine bracket” buatan mereka berhasil memenangkan kompetisi Global 3D Printing Design Quest yang digelar oleh General Electric, perusahaan multinasional asal Amerika Serikat.
Saat ini, setidaknya ada 10 proyek lebih yang sedang dikerjakan. Salah satunya mengerjakan design ultralight aircraft untuk pasar Jerman, Kanada, dan Inggris. Beberapa desain sebelumnya untuk pasar Amerika Serikat.
Penjual Susu dan Tak Memiliki Latar Belakang Desain
Apa yang dicapai Arfian dan Arie dalam kancah internasional tidak terjadi tiba-tiba. Sebelum berkecimpung di dunia desainengineering mereka adalah pedagang susu dan tukang tambal ban.
Kehidupan ekonomi keluarga yang tidak mencukupi membuat mereka harus bekerja apa saja untuk mendapatkan penghasilan.
Uniknya, kalau lah boleh dibilang begitu, baik Arfian dan Arie tak memiliki latar belakang akademis di dunia desain engineering. Arfian yang lahir pada 2 Juli 1986 lulusan SMA, sedang Arie yang lahir pada 11 Juli 1991 lulusan SMK jurusan otomotif.
Arfianlah yang pertama-tama tertarik dengan dunia ini. Ia semata-mata hobi, belajar sendiri dengan meminjam komputer milik sepupunya. Komputer adalah barang yang amat mewah yang tidak mungkin mereka miliki.
Arie mengenal desain engineering dari kakaknya. Arie mengaku secara akademis dirinya tidak cemerlang di bangku sekolah. Ia mengalami kesulitan memahami setiap pelajaran. Kata dia, materi pelajaran di sekolah kebanyak disampaikan dalam bentuk teori tanpa praktik. Siswa di kelas hanya membayangakan apa yang diajarkan oleh guru.
Proyek pertama senilai Rp 90 ribu
Proyek pertama membuat desain dimulai dari seringnya mengunjungi salah satu situs tempat para klien mereka berkumpul dan berbincang di dunia maya.
Pada tahun 2005, proyek pertama yang mereka kerjakan adalah membuat jarum untuk alat ukur yang berfungsi sebagai alat medis. Pemesannya adalah perusahaan asal Jerman. Mereka mendapat honor perdana sebesar 10 dollar AS atau sekitar Rp 90 ribuan kala itu.
Sejak proyek pertama itu, mereka terus mendapat permintaan untuk membuat desain-desain alat-alat lain yang semakin canggih. Bahkan, mereka sempat ditawari membuat senjata namun mereka menolak karena senjata dapat digunakan untuk tindakan kriminal.
Selanjutnya, mereka juga pernah membuat desain pesawat ringan yang dipesan oleh perusahaan asal Amerika Serikat. Mereka mendapat bayaran ribuan dollar dari proyek itu.
Mereka kini adalah pemilik usaha Dtech Engineering, bisnis jasa desain yang mendunia. Mereka melayani pemesanan desain tiga dimensi dari seluruh penjuru bumi.
Lewat 'Jet Engine Bracket', 2 Anak SMK Ini Mendunia