Bila sebelumnya desa-desa di Nias, yang terkenal dengan lompat batunya, hanya berupa hamparan rumput dan ilalang, kini Nias dibuatnya menjadi kebun-kebun buah dan sayuran, yang sangat bermanfaat bagi pemenuhan gizi anak-anak Nias. Inilah Si remaja cantik pemiliki nama Restanti Waruwu, peraih penghargaan “Program Community Heroes – Wahana Visi Indonesia” 2015, Sang penggagas Kebun Gizi asal Ononamolo I Bot, Hiliduho, Nias, Sumatera Utara.
Kalau melihat usianya, siswa Sekolah Menengah Kejuruan di Gunung Sitolui itu masih sangat muda. Namun tukang kebun cantik ini berhasil melakukan perubahan besar bagi masyarakat sekaligus daerah yang dicintainya. Tergabung dalam Forum Anak Nias (FORANI), dara berusia 17 tahun ini (bersama teman-temannya) menggarap lahan-lahan di daerahnya, hingga membuat Nias bukan hanya dikenal dengan lompat batu atau pun pantai indahnya. Tekad gigihnya sejak tahun 2012 menambah keindahan Nias dengan menghadirkan kebun buah dan sayur yang disebut dengan “Kebun Gizi”.
Gambar: nias-bangkit.com
Kebun Gizi adalah salah satu isu yang ditangkap FORANI yang dijadikan program sejak pembentukan lembaga tersebut. Menurutnya, saat itu ia dan teman-temannya sepakat untuk melakukan sosialisasi cara pengelolaan makanan sehat dan pembuatan kebun gizi. Mereka bertekat agar setiap desa memiliki satu kebun gizi, seberapa pun ukuran lahan yang didapat. Setelah mendapat lahan di masing-masing desa, mereka menanami berbagai macam sayur dan buah di lahan-lahan tersebut.
Ketahanan pangan menjadi isu utama di Nias, melihat bahwa di Nias masih banyak lahan kosong yang tidak dimanfaatkan dengan baik, sedangkan anak-anak Nias juga banyak yang mengalami kekurangan gizi. Pemahaman masyarakat tentang makanan yang bergizi tentunya masih sangat terbatas. Hal ini akan berdampak pada kondisi terganggunya anak yang sedang tumbuh kembang.
Berdasarkan permasalahan nyata di lingkungan sekitarnya, Restanti bersama FORANI dan dibantu oleh Wahana Visi Indonesia membuat sebuah kegiatan nyata yang mereka beri nama “Kebun Gizi”. Kebun gizi merupakan lahan yang dibuka oleh Restanti dan rekannya untuk ditanami tanaman yang memiliki kandungan gizi yang baik. Tidak hanya itu, mereka juga memberikan pemahaman kepada masyarakat perihal makanan bergizi yang baik untuk anak.
Dalam menjalankan niatan baik untuk sesama ini, perempuan yang juga menjabat sebagai ketua OSIS ini menemui berbagai kendala dari masyarakat. Pada awalnya masyarakat menganggap bahwa kebun gizi ini bukanlah sesuatu yang penting dan manfaatnya tidak begitu besar, bahkan mereka sempat diusir dan dianggap mengganggu. “Tantangan awalnya adalah masyarakat yang belum begitu percaya dengan kami, melihat kami hanyalah remaja yang suaranya masih belum begitu didengar,” lanjut Restanti.
Meskipun demikian, mereka tidak menyerah begitu saja. Mereka memperlihatkan kepada masyarakat bahwa mereka benar-benar bersungguh-sungguh mengenai manfaat dari kebun gizi tersebut. Lambat laun setelah melihat hasil dari kebun gizi tersebut, masyarakat secara berlahan mempercayai mereka. Di Nias saat ini, kegiatan membuka kebun gizi semakin bertambah, hal itu berarti upaya anak-anak muda ini mendapatkan manfaat positif. Bahkan kebun gizi kini beberapa sudah berada di halaman rumah warga.
Tindakan Restanti dan rekannya yang awalnya terlihat sederhana ternyata memberikan pengaruh yang luar biasa. Bahwa anak muda juga mampu mengambil peranan yang bermanfaat bagi lingkungan. Restanti sendiri tidak berhenti sampai disitu, dia masih terus mencoba untuk mengembangkan potensi yang ada di Nias. Keterbatasan tidak membuat mereka terbatas untuk lebih peduli lagi.
Berkat kerja kerasnya, Restanti kemuian didaulat sebagai duta anak dari Nias yang mewakili Indonesia di forum European Development Days di Belgia. “Harapannya anak-anak Indonesia terbebas dari kekurangan gizi, dapat merangkul semua kalangan untuk lebih peduli serta fasilitias di Nias yang cukup terbatas mulai ada perbaikan lebih baik lagi,” harap Restanti.
Gadis Asal Nias Terpilih Menjadi Duta Indonesia di Eropa
No comments:
Post a Comment