Mar 2, 2016

Pelajaran Hari Ini: Kekuatan Senyuman

senyumanIni adalah kisah yang saya dapat dari milis warga Indonesia yang bermukim atau pernah bermukim di Jerman. Layak untuk dibaca beberapa menit dan direnungkan seumur hidup.


Saya adalah ibu dari 3 orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang saya ambil adalah Sosiologi. Tugas terakhir dosen yang diberikan kepada siswanya diberi nama “Smiling.”


Seluruh siswa diminta untuk memberikan senyumnya kepada 3 orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan di depan kelas. Saya adalah seorang yang mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir, tugas ini sangatlah mudah.


Setelah menerima tugas tersebut, saya bergegas menemui suami dan anak bungsu saya yang menunggu di taman kampus, lalu pergi ke restoran McDonald’s yang berada di kampus. Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering.

Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya minta agar dia saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat duduk dan saya ikut antrian.


Ketika saya sedang dalam antrian, mendadak setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri dibelakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.


Perasaan panik menguasai diri saya, ketika melihat mengapa mereka semua menyingkir? Saat berbalik saya membaui suatu “bau badan kotor” yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakang saya berdiri 2 orang lelaki tunawisma yang sangat dekil!


Saya bingung dan tidak mampu bergerak sama sekali.


Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki2 yang lbh pendek, dan ia sdg “tersenyum” kearah saya. Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tp jg memancarkan kasih sayang. Ia menatap kearah saya, seolah ia meminta agar saya dpt menerima ‘kehadirannya’ ditempat itu.


Ia menyapa “Good day!” sambil tetap tersenyum. Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya ‘tugas’ yang diberikan oleh dosen saya. Lelaki ke 2 sdg memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya.


Saya segera menyadari bahwa lelaki ke 2 itu menderita defisiensi mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah “penolong”-nya.


Saya merasa sangat prihatin stelah mengetahui bahwa ternyata dlm antrian itu kini hanya tinggal saya bersama mereka dan kami bertiga tiba-tiba saja sudah sampai di depan counter.


Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya persilakan ke 2 lelaki ini untuk memesan duluan.


Lelaki bermata biru segera memesan “Kopi saja, 1 cangkir Nona.”


Ternyata dr koin yang dia pegang hanya itulah yang mampu dibeli oleh mrk. (Aturan di restoran di Jerman, jika ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka org harus membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.


Tiba2 saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yang terpisah dari tamu-tamu lainnya, yang hampir semuanya sedang mengamati mereka.


Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga melihat semua ‘tindakan’ saya.


Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ke 3 kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan minta diberikan 2 paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam nampan terpisah.


Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di-counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang telah dipilih ke 2 lelaki itu untuk beristirahat. Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap “makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua.”


Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah berkaca-kaca dan dia hanya mampu berkata “Terima kasih banyak, nyonya.”


Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata “Sesungguhnya bkn saya yang melakukan ini utk kalian, Tuhan jg berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ke telinga saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian.”


Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh ke 2 lelaki itu.


Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjln meninggalkan mrk dan bergabung dengan suami & anak saya, yang tidak jauh dr tempat duduk mereka.


Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata “Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjd istriku, yang pasti, utk memberikan ‘keteduhan’ bagi diriku dan anak-2ku! “Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar2 bersyukur dan menyadari, bahwa hanya krn ‘bisikanNYA’ lah kami telah mampu memanfaatkan ‘kesempatan’ utk dpt berbuat sesuatu bagi org lain yang sdg sangat membutuhkan.


Ketika kami sdg menyantap makanan, dimulai dr tamu yang akan meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mrk 1 per 1 menghampiri meja kami, utk sekedar ingin ‘berjabat tangan’ dengan kami. Salah 1 diantaranya, seorg bpk, memegangi tangan saya, dan berucap “Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada disini, jk suatu saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan lakukan spt yang telah kamu contohkan tadi kepada kami.”


Saya hanya bisa berucap “terimakasih” sambil tersenyum.


Sebelum beranjak meninggalkan restoran, saya sempatkan untuk melihat ke arah ke2 lelaki itu, dan seolah ada ‘magnet’ yang menghubungkan batin kami, mereka langsung menoleh ke arah kami sambil tersenyum, lalu melambai-lambaikan tangannya kearah kami.


Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar-benar ‘tindakan’ yang tidak pernah terpikir oleh saya.


Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa ‘kasih sayang’ Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali!


Saya kembali ke college, pd hari terakhir kuliah dengan ‘cerita’ ini ditangan saya. Saya menyerahkan ‘paper’ saya kepada dosen saya. Dan keesokan harinya, seblm memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata, “Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada yang lain?” dengan senang hati saya mengiyakan. Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dr kelas utk membacakan paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjd sunyi. Dengan cara dan gaya yang dimiliki sang dosen dlm membawakan ceritanya, membuat para siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bgmn sesungguhnya kejadian itu berlangsung, shg para siswi yang duduk di deretan belakang didekat saya diantaranya datang memeluk saya utk mengungkapkan perasaan harunya.


Diakhir pembacaan paper tsb, sang dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip salah 1 kalimat yang saya tulis diakhir paper saya.


“Tersenyumlah dengan ‘HATImu’, dan kau akan mengetahui betapa ‘dahsyat’ dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu.”


Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah ‘menggunakan’ diri saya utk menyentuh org2 yang ada di McDonald’s, suamiku, anakku, guruku, dan setiap siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sbg mahasiswi. Saya lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tdk pernah saya dptkan di bangku kuliah manapun, yaitu: “PENERIMAAN TANPA SYARAT.”


Banyak cerita ttg kasih sayang yang ditulis utk bisa diresapi oleh para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknai cerita ini diharapkan dpt mengambil pelajaran bgmn cara MENCINTAI SESAMA, DENGAN MEMANFAATKAN SEDIKIT HARTA-BENDA YANG KITA MILIKI, dan bknnya MENCINTAI HARTA-BENDA YANG BKN MILIK KITA, DENGAN MEMANFAATKAN SESAMA!


Jk anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda, teruskan cerita ini kepada org2 terdekat anda. Disini ada ‘malaikat’ yang akan menyertai anda, agar setdknya org yang membaca cerita ini akan tergerak hatinya utk bisa berbuat sesuatu (sekecil apapun) bagi sesama yang sdg membutuhkan uluran tangannya!



Pelajaran Hari Ini: Kekuatan Senyuman

No comments:

Post a Comment