May 12, 2016

Ayahku

ayahkuSaat umurku 4 th: “Ayahku adalah orang yang paling hebat”.


Saat umurku 6 th: “Ayahku tahu semua orang”.


Saat umurku 10 th: “Ayahku istimewa, tapi cepet marah”.


Saat umurku 12 th: “Ayahku dulu penyayang, ketika aku masih kecil”.


Saat umurku 14 th: “Ayahku mulai lebih sensitif”.


Saat umurku 16 th: “Ayahku tidak mungkin mengikuti zaman ini”.


Saat umurku 18 th: “Ayahku seiring berjalannya waktu akan menjadi lebih susah”.


Saat umurku 20 th: “Sulit sekali aku memaafkan ayahku, aku heran bagaimana ibuku bisa tahan hidup

dengannya”.


Saat umurku 25 th: “Ayahku menentang semua yang ingin ku lakukan”.


Saat umurku 30 th: “Susah sekali aku setuju dengan ayah, mungkin saja kakekku dulu capek ketika ayahku muda”.


Saat umurku 40 th: “Ayahku telah mendidikku dalam kehidupan ini dengan banyak aturan, dan aku harus melakukan hal yang sama”.


Saat umurku 45 th: “Aku bingung, bagaimana ayahku dulu mampu mendidik kami semua?”.


Saat umurku 50 th: “Memang susah mengatur anak-anak, bagaimana capeknya ayahku dulu dalam mendidik kita dan menjaga kita?”.


Saat umurku 55 th: “Ayahku dulu punya pandangan yang jauh, dan telah merencanakan banyak hal untuk kita, ayah memang orang yang istimewa dan penyayang”.


Saat umurku 60 th: “Ayahku adalah orang yang paling hebat”.


Lingkaran perjalanan ini menghabiskan waktu 56 tahun untuk kembali ke titik semula di umur 4 th, saat ku katakan “Ayahku adalah orang yang paling hebat”.


Maka hendaklah kita berbakti kepada orang tua kita sebelum kesempatan itu hilang, dan hendaklah kita berdoa kepada Allah agar menjadikan anak-anak kita lebih baik dalam bermuamalah dengan kita melebihi mu’amalah kita dengan orang tua kita.



Ayahku

No comments:

Post a Comment