Mukidi: “Tuan Zakir Naik, benarkah almaidah 51 melarang menjadikan nonmuslim sebagai aulia? Dan apa definisi aulia menurut Anda?”
Zakir Naik: : “Benar. Aulia adalah pelindung, jadi… pemimpin muslim jauh lebih baik dijadikan pelindung daripada non muslim.”
Mukidi: “Definisi pemimpin menurut Anda seperti apa?”
Zakir Naik: “Menurut saya, pemimpin suatu negara yang berpedoman kepada Alquran dan Sunnah.”
Mukidi: “Negara yang Anda maksud menganut sistem pemerintahan seperti apa?”
Zakir Naik: “Ya sistem pemerintahan Khilafah, bukan demokrasi.”
Mukidi: “Bagaimana jika suatu negara sudah terlanjur menganut demokrasi seperti di Indonesia?”
Zakir Naik: Ya diganti saja sistem pemerintahan Indonesia menjadi Khilafah.”
Mukidi: “Maaf, bagaimana cara mengganti sistem pemerintahan di Indonesia?”
Zakir Naik: “Revolusi Jihad”.
Mukidi: “Wow…itu kan Makar Tuan Zakir, kenapa tidak Anda lakukan di negara Anda?”
Zakir Naik: “Maaf, saya tidak punya pengikut, Negara saya melarang saya berdakwah”
Mukidi: “Oooh, tapi kenapa Anda bisa berdakwah di sini (Indonesia)?”
Zakir Naik: “Karena undangan dari penggemar saya, selain itu banyak orang2 yg mengelu2kan saya krn dakwah saya yg paling benar dengan mengacu ke Alquran dan Sunnah.
Mukidi: “Kenapa rata2 pendukung Anda begitu fanatik dan benci sama ulama2 nusantara (NU)?
Zakir Naik: “Karena ulama2 Nusantara anti khilafah, makanya dibenci oleh pengikut2 saya yg menginginkan sistem pemerintahan khilafah.”
Mukidi: “Oo, begitu ya. Baik, terima kasih penjelasannya Tuan Zakir Naik”.
Zakir Naik: “Terima kasih sama2.”
Mukidi: Bergumam (“Pantas saja ga punya pengikut di negaranya, mo ngajak makar ternyata, dan parahnya lagi penggemarnya yg awam di sini ga tau klo beliau anti demokrasi.”)
Entahlah…
Dialog Mukidi dan Zakir Naik
No comments:
Post a Comment